Minggu, 07 Oktober 2012

Sembilan Cahaya Kecerdasan



Ngafatun nur fauziah. Ngafatun diambil dari kata sanga (angka Sembilan dalam bahasa jawa). Menurut cerita nenek dan orang tua saya, nama itu diberikan atas dasar angka pemenang lotre. Lotre adalah sekumpulan orang yang bermain kartu dengan hadiah bayi yang nantinya akan menjadi anak angkat bagi yang menang. Lotre dilakukan jika bayi yang menderita sakit secara terus menerus dan tidak kunjung sembuh juga. Dalam adat jawa, hal itu dikarenakan nama sang bayi tidak cocok atau biasa disebut “keberatan nama”. Selain itu, weton sang bayi sama dengan weton salah satu orang tua bayi tersebut.
Yang terjadi pada saya adalah weton saya sama dengan ibu yaitu minggu paing. Awalnya, nama yang telah mereka siapkan untuk saya adalah revana dwi anggraini. Sebelum saya diberi nama tersebut, saya jatuh sakit. Lalu mereka mengadakan lotre untuk saya diharapkan saya tidak sakit lagi. Mereka mengatakan orang yang memenangkan lotre itu mendapatkan angka sembilan dikartunya. Maka dari itu orang tua bersama orang tua angkat saya memusyawarahkan nama saya dengan mengambil kata dari kata sembilan tersebut. Itu adalah syarat pemberian nama hasil lotre. Setelah dengan banyak pertimbangan, akhirnya mereka mengambil keputusan dengan nama awal ngafatun.
Lalu dengan musyawarah keluarga besar akhirnya mereka memberi nama saya ngafatun nur fauziah. Saya tidak tahu pasti mengapa mereka menambahkan nur fauziah pada nama saya itu. Tidak tahu apa alasan yang pasti dari mereka. Mungkin mereka mengaharapkan saya menjadi anak yang cerdas dan memberi cahaya kepada orang-orang disekitar saya kelak. Kata nur fauziah pada nama saya tersebut berasal dari arab. Nur yang memiliki arti cahaya dan fauziah berarti cerdas. Jadi ngafatun nur fauziah berarti sembilan cahaya kecerdasan.
Jika disambungkan dalam kehidupan saya sehari-hari, saya merasa nama saya terlalu hiperbola, berlebihan. Disini dalam arti terlalu wah buat saya. Saat saya SD hingga SMP saya tidak pernah mendapat juara baik 1, 2, atau 3. Tapi saya selalu masuk dalam sepuluh besar rengkin kelas. Sebelum saya dinyatakan lulus dari SMP, saya mencoba mendaftar diri ke sekolah paling favorit di kota saya dan saya keterima disana. Setelah satu semester belajar saya terpilih masuk dalam kelas unggulan sekolah. Lalu saya percaya itu adalah wujud doa yang ada di dalam nama saya.
Hal lain lagi, saya dari dahulu suka berbagi dengan teman-teman ataupun dengan adik tingkat. Saya selalu suka membantu mereka memahami pelajaran sekolah terutama dalam mata pelajaran matematika. Saya akan merasa sangat senang jika mereka datang kepada saya dan menanyakan masalah mereka. Baik masalah pelajaran sekolah atau hanya sekedar curhat kepada saya.
Jika saya ditanya apakah nama saya sudah cocok dengan keadaan saya, saya akan menjawab sudah. Saya adalah calon seorang guru. Saya percaya dan yakin kelak saya akan memberikan cahaya terang kepada anak murid saya. Saya akan memberi cahaya bagi mereka yang memiliki kehidupan yang gelap dalam ilmu pengetahuan. Saya akan memberi mereka ilmu dan membuat mereka cerdas.
Lalu jika saya diperkenankan mengganti nama saya, saya mungkin akan memilih nama nur fauziah aziz. Dengan kata aziz yang berarti kelembutan, kuat, kekasih. Saya ingin menjadi orang yang cerdas dan memberi cahaya lentera dengan kelembutan dan kasih sayang setulus hati. Dalam mewujudkan mimpi itu pasti akan banyak rintangan yang menguji ketulusan saya. Saya ingin menjadi orang yang kuat dalam menjalankan ambisi saya tersebut.
Simbol yang dapat menggambarkan saya adalah lampu. Sebuah benda yang akan member cahaya terang di tengah kegelapan. Dengan lampu bisa membuat orang bisa memperlancar kegiatan mereka. Dengan lampu mereka bisa menghilangkan rasa takut dalam kegelapan malam. Saya selalu berharap dan berusaha saya akan menjadi lampu bagi mereka. Menjadi penerang kegelapan, menghilangkan rasa takut, memunculkan semangat yang berbinar-binar seperti lampu yang terus menyala terang.

Kamis, 04 Oktober 2012

Respect to other is good, isn't it??


http://avivsyuhada.files.wordpress.com/2012/02/tawakul_2.jpg?w=600&h=336


Humanistic study, kata yang terpikir pertama kali ketika mendengar mata kuliah ini adalah “bingung”. Kebingungan yang saya rasakan ini mengenai  hal apa yang sebenarnya akan dibahas dalam pelajaran ini. Tentang manusiakah seperti judulnya? Aspek mana yang akan dibahas sedangkan hal yang berkaitan dengan manusia itu sendiri sangat banyak? Jangan terlalu dipikirkan kata hati kecilku saat itu. Nanti pada saatnya saya pasti akan memahaminya.
Pertemuan pertama dimata kuliah ini buat saya sudah cukup menghilangkan rasa penat dalam dada (asiik kayak apaan aja -_- :D ). Pertama masuk saya belajar mengenai “respect” ke agama lain. Bagi saya itu membuat hati dan pikiran saya terbuka terhadap agama lain. Selama ini saya mempunyai pandangan bahwa agama lain tu beda. Hal itu selalu mempengaruhi pikiran saya terhadap agama selain agama saya.
Dari aspek berteman saya dari dulu punya teman dari agama lain. Tepatnya sejak SMP (sekolah menengah pertama). Saya selalu terbuka dan bergabung dengan mereka dalam hal bermain. Tetapi berkaitan dengan itu saya akan baik-baik saja jika semuanya hanya berjalan seperti biasanya dalam arti tidak menyangkut agama, apapun urusannya. Tidak tahu mengapa saya berpikir bahwa agama lain itu berbeda dengan agama saya.
Berlebih lagi sejak saya masuk SMA (sekolah menengah pertama). Di sana saya bergabung dengan DKM (dewan kegiatan musolah). Saya di sana dididik lebih dalam lagi dalam ilmu agama. Saat itu saya masih semester satu kelas X tetapi saya telah di pilih menjadi kandidat untuk menjadi pengurus dan di didik menjadi murobi di sekolah. Hal itu mungkin karena kakak saya yang satu sekolah dengan saya juga menjadi salah satu anggota. Di sana saya mendapat banyak hal tentang agama saya. Dan tentunya hal itu mempengaruhi kerja otak saya mengenai hal lain. Saya selalu menganggap tabu untuk berbicara dengan mereka dalam urusan agama. Satu omongan guru saya yang selalu mengiang-ngiang di telinga saya, “jangan pernah kamu berdebat dengan mereka dalam urusan agama karena kamu belum cukup bekal untuk berdebat dengan mereka dalam urusan ini”.
Di sini saya mendengar pengalaman dosen saya tentang "pengembaraannya" mengenai agama lain. Saya sangat tertarik dengan apa yang dia lalukan yang semata-mata untuk mengukuhkan atau menguatkan imannya kepada agamanya dan saya sangat terkesan dengan hal itu. Sekarang, saya menantikan debat yang akan di lakukan di kelas humanistic study ini. Saya sudah tidak sabar bagaimana sebenarnya agama mereka. Saya ingin tahu bagaimana mereka menyembah Tuhan dan bagaimana mereka beriman kepada-Nya. Saya ingin tahu lebih banyak lagi tentang mereka. Rasa ini sangat menggebu-gebu (lebay gag sih?? hhahaha :D )

Name  : Ngafatun Nur Fauziah
NIM      : 2011110010